Follow me on Twitter RSS FEED

Kompetisi WEB Kompas MuDA & AQUA

Posted in
IT's about Us : Air untuk Masa Depan



Tan Malaka :  Manusia “in a relationship with “ air

Keterkaitan air dengan kehidupan manusia dalam alam bisa dibilang sangat erat. Ibaratnya tidak akan ada kehidupan tanpa air. Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi semua makhluk hidup terutama pada manusia.  Kebutuhan air pada kita terbagi menjadi dua. Pertama, air untuk kehidupan kita sebagai makhluk hayati. Kedua, air  untuk kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya.


Dalam kebutuhan sebagai makhluk hayati, tubuh kita membutuhkan air sebagai cairan yang melancarkan metabolisme dalam tubuh, pengisi tubuh, mengatur suhu tubuh,dll. Selain untuk kehidupan hayati, kita juga membutuhkan air sebagai manusia berbudaya, untuk kehidupan budaya seperti mandi, mencuci, sampai mengepel lantai.


Namun kenyataannya sekarang berbalik, air yang pada awalnya fungsinya sangat sakral, mulai tidak dihargai keberadaannya oleh manusia. Manusia memperlakukan air tidak lagi sebagaimana air dibutuhkan, terkadang melebihi dari apa yang sepantasnya dipakai. Akhirnya malapetaka terjadi dimana-dimana banyak negara dan daerah yang mengalami kekeringan sekaligus kebanjiran. Bukankah ini berdampak pada kehidupan manusia kedepan?. Melihat hal yang terjadi bisa kita simpulkan bahwa kalau manusia bisa merusak air, maka air bisa merusak manusia.





Salah satu dampak yang terlihat jelas adalah kekeringan dan kebanjiran sebagai dampak dari perubahan iklim. Sebuah fenomena yang berakibat dari pemanasan global. Hasilnya cukup merugikan manusia dan menimbulkan kerugian secara material maupun non-material, misalnya gagal panen, terjangkitnya penyakit, kelaparan hingga kematian.



         
         Melihat  hubungan interaksi salingketergantungan antara manusia dan air, membawa kita pada perkataan Tan Malaka. Tan Malaka, seorang pemikir serius dan penulis yang piawai pernah mengemukakan tiga pandangannya mengenai tahapan relation  manusia dengan lingkungan. 
Pertama, organisme ditentukan semata-mata oleh lingkungannya. Lingkungan disini bisa kita diferensiasikan menjadi air yang juga berada di sekitar kita. Air pada dasarnya termasuk dalam sumber daya alam yang dapat diperbaharui, karena secara terus-menerus dipulihkan oleh siklus hidraulis. Namun organisme yang berada disekitar air seperti manusia, tumbuhan, hewan dan lain-lain sangat bergantung pada air. Karena sifat air yang selalu ada di alam membuat manusia merasa bahwa air tidak masalah jika digunakan terus-menerus yang akhirnya mengakibatkan eksploitasi dan keserakahan pada air.
Kedua, pandangan bahwa organisme sendirilah yang menentukan  perkembangan kehidupannya sendiri tanpa dipengaruhi oleh lingkungan. Organisme seperti manusia-lah yang semata-mata yang mengolah air untuk masa depan, air hanya memberikan dampak yang bisa merusak atau memperbaiki kehidupan manusia. Namun jika manusia sekarang terus dihadapkan pada keserakahan pasti air akan memberikan dampak negatif pada kehidupan manuisa. 
Ketiga, Lingkungan membantu membentuk suatu organisme berdasarkan the survival the fittest, melalui pandangan ini Tan Malaka mencampurkan sedikit paham darwin dengan keadaan manusia-lingkungan. Tan Malaka memandang “siapa yang paling kuat di alam untuk bertahan“ itu merupakan hasil bantuan lingkungan dalam membentuk organisme. Jika ditahap sebelumnya manusia selalu dihadapkan pada keserakahan maka akan berdampak pada kompetisi siapa yang paling lama bertahan, ini akan lebih meningkatkan dampak negatif karena eksploitasi dan keserakahan akan terus meningkat.
            
Melalui tiga pandangan Tan Malaka yang menggambarkan tahapan relation manusia dan air kita bisa menyimpulkan terdapat hubungan yang sangat erat antara manusia dengan air. Jika manusia merusak air maka secara tidak langsung air juga akan merusak kehidupan manusia. Asal kita lebih bijak dan wise dalam menggunakan air, bukankah hubungan ini akan menjadi langgeng? semua itu tergantung pribadi yang menjalin komitmen dengan keutuhan air. Seharusnya manusia bisa menemukan titik balancing kebutuhannya. Manusia yang berkarakter seperti ini pasti akan lebih lama bertahan jika dibandingkan dengan manusia yang kekurangan atau kelebihan.


Maka sudah semestinya kita memperlakukan air seperti diri kita sendiri yang tentunya merasa nyaman jika diperlakukan dengan baik. Sehingga kelak ketika anak cucu kita membuka mata dari tidurnya masih ada biru menghampar di lautan dan senyum saat hujan datang di musim kemarau. Ini saatnya kita berbuat demi birunya generasi masa depan.

Referensi :
Mahida, U.N. pencemaran air dan l pemanfaatan limbah industri.1981.CV rajawali jktr.
Kristianto, JB, Nirwan Ahmad Arsuka, ed.2002. Esei-esei Bentara. Bab 4, hlm. 36-51.Jakarta; Kompas
Kristianto, JB, Nirwan Ahmad Arsuka, ed.2002. Esei-esei Bentara. Bab 12 hlm 136-150, Jakarta; Kompas

0 komentar:

Posting Komentar